MENGULANG



“permisi”

“ya, siapa?”

seperti melintasi waktu, aku kembali ketempat ini. Rasanya seperti mengenal mereka, ya memang aku mengenal mereka.

“hey masuk lah, teman teman perkenalkan ini adik ku” memegang tanganku.

“ini adik mu? Aku kira kau tidak punya adik” Tanya seseorang yang tinggi dan sedikit aneh itu.

“tak sangka, tertanya kamu punya adik secantik ini” timpal seseorang bertumbuh tinggi, dan berambut   jingga.

“hey jangan sentuh sentuh adikku”sambil menarik tanganku.

“hallo, saya hani. Baru lulus smk tahun ini”sapa diriku yang terlihat gugup.

“aku kira dia baru lulus sd … ahaha”saut pria yang sedang duduk selengean itu.

“hey adiknya jemi, karna kamu adiknya jemi kamu boleh main kesini kapanpun”jelas seorang pria tampan disebalah kakakku.

“haiiiiiiii … ini jadi tempat mu juga”ujar lagi seorang dengan rambut hitam sambil  menarik tangan ku.

Tempat macam apa ini, kenapa laki-laki suka tempat yang seperti ini, lagi pula aku takan kembali ketempat ini lagi.

Aku kembali pada masa itu lagi, dimana peristiwa yang tidak ingin ku lihat akan terulang. Ayah dan ibu bercerai ketika kami masih kecil, aku dan kakaku berpisah, anehnya aku lebih memilih tinggal bersama pencundang itu, ya itu ayahku dia seorang pemabuk, menjijikan, kotoran. Aku lebih memilih tinggal bersama ayah karna aku tak mau dia terluka.

10 tahun yang lalu

“dasar istri tak tau malu, kamu melahirkan binatang seperti dia!” . “kamu lah yang  binatang, binatang akan melahirkan keturunan bintang!!”. ‘PLAAKKKK’ tangan ayah mendarat dipipi ibu . “ayah macam apa kau ini!!!!” teriak kakaku sambil melempar bangku kearah ayah.

Saat itu aku melihat kaka ku dan juga ayah ku saling melempar tinjunya, tapi sayang kaka ku tidak cukup kuat untuk melawan bajingan itu. Ayah ku menedangnya habis habisan, tak ada yang bisa membantu. Aku hanya bisa melihat dari balik pintu, aku harap aku bisa berlari kearahnya namun aku terlalu takut. Lalu aku melihat kakakku yang sedang menatap ku sambil mengucap kan “tetap disitu” suara yang tak terdengar namun gerak bibirnya terlihat. Kejadian itu tetap ada dalam ingatan ku, setiap aku melihat wajah bajingan itu aku melihat wajah kakaku, aku sangat membencinya, namun hanya ini lah yang dapat ku lakukan.

Kakakku dipukuli habis habisan karna menolongku, aku sangat membenci kakakku karna ia sangatlah baik, dia mencoba menolong ku saat aku mencuri sebuah permen disuper market. Kami berlari menghindari kejaran polisi dan pemilik toko, namun apa daya kami masih terlalu kecil untuk menghindari mereka. ayah datang dan menarik kami pulang, lalu ayah melepar ku kekamar dan menutup pintu, saat mendengar pertengkaran itu aku ingin berlari keluar namun saat aku membuka pintu. TETAP DISITU sampai sekarang aku ingat gerak bibir itu.
Aku menahan perasaan kesal ku hingga aku lulus, aku ingin pergi ketika aku lulus, namun kenapa hanya kabar buruk yang kuterima. Ibu meninggal karna kanker payudara. Lalu ayah memutuskan untuk kembali kerumah itu karna kakakku akan hidup sendiri nanti.

“kak” panggilku ke kakakku .

“oiya han, yang berambut pirang jingga itu namanya jeri, nah yang paling tinggi dan jelek itu reza, yang rambut item pipinya cubi senyumnya berbentuk love itu namanya heno, yang tampan itu kuki, dan yang kamu sapa tadi namanya tio” timpal kakakku sambil menjujukan satu persatu sahabatnya.

Aku sangat terharu kakakku mempunyai sahabat yang banyak, sedangkan aku teman pun tak punya.
Akhirnyapun aku ikut bermain bersama kakakku dan sahabatnya itu, entah mengapa aku sangat merasa nyaman, mereka selalu mempunyai bahan tawaan dan candaan, mereka benar benar terlihat seperi bayi saat tertawa. Aku terbawa suasana, hangat dan keceriaan yang mereka berikan membuat ku betah berada disini, aku sangat bahagia kakakku mempunyai teman yang seperti itu.

Hari mulai gelap aku pun meminta pulang karna aku takut ayah akan marah kalau ayah pulang lebih awal. “kak, ayo kita pulang … aku takut ayah marah” . “baik lah kita akan pulang tuan putri” jawab kakakku.

Sesampainya dirumah entah aku merasakan hangatnya bau kakaku seperti dulu, bedanya tak ada ibu dan bau masakannya saat kita sampai dirumah.
Kamipun segera mandi dan menyiapkan makanan, setelah ayah pulang suasana ceria pun berubah menjadi suram. Dia selalu marah dan tak pernah sekalipun melihat kami saat pulang, dia langsung menuju kamarnya dan tak pernah keluar sampai pagi dan berangkat kerja lagi .

Hari hari pun berlalu, aku selalu ikut dengan kakakku, kemanapun ia pergi aku selalu ada dibelakangnya. Aku dan kakak setiap hari main ditempat tongkrongan itu, tempatnya begitu kecil dan sumpek namun itu lah yang membuat mereka tambah akrab. Kami begini bukannya kami tidak ada kerjaan tapi karna kerjaan kami memanglah itu, mengahbiskan waktu bersama. Saat pagi kami sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang bekerja ada pula yang kuliah dan ada juga yang seharian ditempat tongkrongan.

Ayah tak pernah peduli lagi aku atau kakak pulang malam bahkan tidak pulang, ayah sendiri pun jarang pulang karna bermalam dengan wanita berengsek itu.

Hari demi hari berlalu, sepekan dua pekan, sebulan dua bulan, kami habiskan bersama sama, dari bermain ditongkrongan, jalan-jalan, bermain di jembatan, bermain direl, membuat pesta, kejar-kejaran, lari-larian, mebuat kerisuhan, sampai menginap ditongkrongan. Kami adalah anak anak terlantar, kami tidak punya orang tua, ataupun seperti tidak punya orang tua.

“ergrggggg” gumam tio sambil melempar jaket kearah bangku.

“hei ada apa?” Tanya reza sambil menepuk pundak  tio.

“rasanya aku ingin membunuhnya” . “siapa? Ayahmu? Apalagi yang ia lakukan?”.”aku harus membunuhnya”.”hei kita ini memang terlantar dan berandalan tapi kita tidak boleh membunuh”.”ini bukan urusan mu!!” tio beranjak dan  meninggalkan ruangan.

“loh ada apa sama kak tio?” tanyaku sambil terheran heran . “tidak tau, nanti juga reda sendiri”.
Seminggu udah berlalu, tapi kita gak dapet kabar dari tio.

“ehh aku rasa kita harus kerumahnya” ujar kuki.

“bisa saja dia tidak dirumah kan” timpal heno.

“lalu bagaimana” timpal lagi kuki.

“kenapa kita gak berpenjar aja? Aku akan kerumahnya, kalian terserah nyari dimana” ujar ku.

“bener-bener, oke oke gini gua nyari kesekitar tongkrongan, dua orang ikut aku” ujar  reza.

“oke gua nyari ditempat kerjanya, dua orang ikut aku juga”timpal jeri

“okeh, sebelum gelap kita ketemuan ditongkrongan” ujar lagi reza.
Kami semuapun berpencar mencari tio.

 -Rumah orang tua tio-

“berikan aku uang dasar wanita jalang” teriak seorang lelaki yang ternyata itu ayahnya tio. “aku tidak punya uang, bukannya sudah kamu habiskan untuk judi!”. “diam kamu” sambil memukul ibu tio.
Saat sampai rumah orang tuanya, tio melihat ayahnya memukuli ibunya, spontan saat itu tio mengambil sebuah botol beling dan berteriak kearah ayanya sambil memukul beling itu kekepala ayahnya, dan menusuk belahan beling tersebut kearah perut ayahnya, sampai ayahnya tak bisa bergerak lagi. Ibunya tak bisa menghentikannya, tio pun menatap ibunya dan berlari.
Berapa lama aku pun sampai dirumah tio.

Aku mengetuk-etuk pintunya namun tak ada jawaban, aku mencoba membuka pintu tersebut dan ternyata tidak dikunci, langsung saja aku masuk keruang tamu. Tak disangka aku melihat tio dipojok sofa dan berlumuran darah, tio sedang berusaha membesikan darah tersebut. Sontak aku berlari kearahnya dan memeluknya, aku melihat sekitar tubuhnya namun tidak ada yang luka.

“pergi lah!!! Aku sudah kotor!!” teriak tio sambil menangis . “apa yang terjadi? Apa ada yang terluka, dimana?”.”pergilah!! aku tak membutuhkan siapapun!!”.”tio mari kita bersihkan ini”. “pergi!!” tio berteriak dan mendorongku . “aku membunuhnya, aku membunuhnya” tio terus menyebutkan kata kata itu. Aku pun kaget dan tidak berkutik, lalu aku memeluknya dan mencoba menenagkannya sambil berkata “tidak apa, yang kau lakukan benar” terus menurus aku mengulangi kata itu sampai tio tenang.

Lalu aku membopong tio kekamar mandi, dan membersikan darah yang ada ditubuhnya, lalu baju yang berlumuran darah itu aku bakar, setelah tio tenang dan mengganti pakaiannya aku segara pergi ketongkrongan, dan meninggalkan tio yang masih melamun disofa.

Aku berlari dengan lumuran darah dibaju ku, mata mata penasaran mengarah kepadaku tapi aku tidak memperdulikannya sama sekali. Setelah sampai tongkrongan betapa kagetnya kakakku melihat adiknya berlumuran darah, kakakku langsung memeriksa ku dan bertanya “mana yang terluka?” . “tio, tio” jawab ku sambil menangis .

Merekanpun langsung berlari kerumah tio tanpa memperdulikan aku didepannya. Tak bisa menyusul mereka akupun pulang untuk membersikan ini semua sebelum ayah melihatnya.
“tiooooo!!” teriak teman temannya didepan pintu, dan langsung datang memeluk tio. Tio hanya bergumam “aku membunuhnya, aku membunuhnya” . lalu teman temannya memeluknya dan berkata “tidak apa apa” sampai tio benar benar tenang dan tertidur. Mereka pun tidur bersama dirumah tio, esok pagi nya kamu mendengar berita duka atas kematian ayahnya tio dan dipenjaranya ibunya tio. Ibunya tio menyerahkan diri agar tio tidak masuk penjara. Kami pun datang kepemakaman ayahnya tio tapi tidak dengan tio.

Hari hari pun berlalu, namun kesedihan tidak kunjung sirnah tio masih saja diam dan melamun, candaan temannya tak mampu membuatnya tertawa, akhirnya kami memutuskan untuk mencari kesenangan dan melupakan semuanya.

Kami pergi menggunakan mobil ka jeri, kami berkeliling kota berteriak dijalan, berpesta dipinggir jalan, kami mengacaukan jalanan, membuat kerisuhan, sampai akhirnya kami dikejar kejar polisi.
Kamipun berlari sambil berteriak, entah hari itu seharusnya kami takut karna akan ditangkap polisi namun kami berlari sambil tertawa malah sampai menangis. Kami berlari sekencang mungkin dan mencari tempat persembunyian namun apes kami tetap tertangkap oleh polisi.

Dikantor polisi kamipun masih tertawa dan candaan itu berhenti ketika kakakku ditarik seseorang dan langsung menapar kakakku, ternyata itu ayah. Aku dan kakakku langsung ditarik oleh ayah, seperti kejadian sepuluh tahun yang lalu aku dilempar ayah kedalam kamar, dan aku hanya bisa menyaksikan kakakku dipukili oleh ayah. Seperti melintasi waktu lagi, Lalu ayah benar benar marah dan menghina almarhum ibu, kakakku tidak bisa memendam amarahnya, dan berkelahi lagi dengan ayah. Ayah melempar vas kearah kamar ku, pintu kamarku pun tertutup dan tiba tiba suasana hening.

Saat kubuka pintu ayah sudah pergi, aku melihat kaka berdarah akupun langsung berlari kearahnya, namun ia mendorong ku dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya, aku mengikutinya dari belakang, jalannya sempoyongan aku tau ada yang tidak beres, saat didepan kamarnya dia berbalik kearah ku dan mengelus kepala ku lalu ia berkata “apapun yang terjadi, aku selalu bersama mu” Lalu ia masuk kedalam kamarnya . dan aku hanya bisa menangis didepan pintu kamarnya sampai ketiduran.

Esok paginya pintu kamar kakakku terbuka, sontak aku terbangun. Ternyata tidak terjadi apa apa pada kakakku, aku pun menyiapkan sarapan untuk kami, lalu kembali kekebiasaan kami.
Saat ditongkrongan kami pun berpelukan, lalu tetawa lagi .

“kami fikir kamu tidak akan dibiarkan keluar oleh ayahmu”ejek kuki.

“aku juga berfikir seperti itu” jawab kakak.

“maaf ya teman karna aku kalian mendapatkan masalah” timpal tio.

“kita inikan memang mencari masalah” jawab jeri.

“kaulah masalahnya jeri” jawab lagi heno.

“bilang apa kau tadi” timpal jeri sambil mencubit pipi heno.
Kami pun tertawa karna ulah mereka.

“hey kenapa kita tidak jalan jalan saja, bukan kah kalian sumpek berada disini?” ujar reza .

“benar tuh benar, aku sangat ingin jalan jalan dan bersama kalian” jawab kakakku.

“ah,biasanya dirimu yang menolak untuk jalan jalan, ini aneh .. apa otakmu terbentur saat lari semalam?” ujar heno.

perbincangan tentang jalan jalan mu dimulai, kami mulai merencakana hal ini dan itu, tidak ada yang jelas perjalanan yang tidak ditentukana arah, yang penting bisa bersama sama.
Tak lama kami pun merasa lapar, aku dan kakakku akan memasak karna diantara mereka kami lah yang pintar memasak.

“ini aneh” ujar kakakku . “ada apa?” Tanya ku.”tidak aku hanya merasa bingung”. “apa yang harus dibinggungin?”.”aku juga bingung apa yang aku bingungin”.”ahaha kakak ini aneh”.

“kak tolong ambil kan aku saus itu” ujarku menyuruh kakak.

“yang ini kan” sambil mengambil saus tersebut . “eh aneh”  timpal kakakku.

“apa lagi sih ka yang aneh?” tanyaku kesal . “aku rasa aku tadi tidak bisa memegang sausnya” jawab kakakku .”ahaha kakak memang aneh, sudah berikan saja aku suausnya”suruh ku. “ahh bisa, mungkin aku kecapean.. nih” sambil memberikan sausnya kepadaku.

Hari itu pun berlalu, kami terus merencana kan acara berpegian tersebut namun tak ada yang jelas sama sekali.

“kita semua akan bahagia kan?” Tanya kakakku.

“hey kenapa kau menayakan hal itu, tentu saja kita akan bahagia” tanggap reza.

“aku ingin pergi ketempat yang tenang” ujar kakak

“pokoknya yang penting bisa seneng seneng lah” ujar kuki.

“pokoknya kita bisa bersama” ujar kakakku.

“ya kita akan bersama lah jem, emang mau pergi kemana misah misah?” jawab ka jeri sambil bercanda.

“kita tetap bersama, tidak pernah terpisah”timpal ka heno dengan penuh semangat.

Hari hari terus barlalu kami pun terus begitu, seakan tertawa itu gak ada habisnya, seakan akan kita benar benar keluarga, kami memang tidak punya keluarga yang sebenarnya, tapi kita punya keluarga yang bisa menerima kita.

Saat itu kami sedang bermain dipinggir rel kereta api, kamui bermain lari larian, kejar kejaran, hide and seek, lomab lari, kuda loncat dan lain lain sampai menjelang sore. Tapi aku melihat kejanggalan, entah aku melihat kakaku tertawa seperti bayi lalu lama lama ia memudar. Apa hanya aku yang melihatnya mungkin itu halusinasiku saja. Lalu saat aku berlari dan ingin memeluk kakakku, aku tidak bisa mengapainya. Sontak saja itu membuat ku kaget .

Lalu aku menjau dari suasan gembira itu, dan mulai mengingat apa yang terjadi. “ah,biasanya dirimu yang menolak untuk jalan jalan, ini aneh .. apa otakmu terbentur saat lari semalam?” . “ini aneh” .”aku juga bingung apa yang aku bingungin”.“aku rasa aku tadi tidak bisa memegang sausnya”.“kita semua akan bahagia kan?”.“aku ingin pergi ketempat yang tenang” . “pokoknya kita bisa bersama”. Aku terus mengingat kata kata itu, aku terus mencerna kata kata itu dan apa yang tadi aku lihat.

Akupun berlari semakin menjauh dari kegembiraan tersebut. Aku berlari pulang kerumah dan langsung menuju kamar kakakku yang tertutup namun tidak pernah terkunci. Aku berharap pikiran ku tidak benar, aku berharap aku salah mengingat dan aku salah melihat, aku berharap aku hanya kelelahan.
Lalu kubuka pintu itu perlahan lahan, dan yang kulihat hanya lah kamar yang rapih dan bersih, hatiku mulai terasa tenang sampai akhirnya aku melihat sesuatu ditempat tidur. Aku tidak percaya apa yang telah aku lihat, aku tidak ingin percaya ini, ini mimpi .

Lalu aku berlari keluar dan menelfon kuki, dengan rasa panik dan tidak percaya aku menunggu kuki datang, aku hanya memanggil kuki karna aku takut kakakku tau, karna semenjak kejadian itu aku dan kaka tidak pernah pulang lagi. Aku berfikir bahwa kakakku tidak sadar dengan ini.

Saat kuki datang, kami langsung naik keatas dan sontak saja kuki menangis dan tidak pernah membayangkan bahwa ini semua akan terjadi. Lalu aku menceritakan semuanya dan kembali ke tongkrongan, saat kakakku tertidur aku dan kuki berusaha membangun kan semuanya kecuali kakak dan memberitahu apa yang terjadi mereka tidak percaya sampai akhirnya mereka melihatnya sendiri.
Kami benar benar tidak percaya dengan apa yang terjadi, kami menangis dan berteriak kami benar benar takut, bukan takut karna itu tapi takut kehilangannya.

Esok harinya kami merasakan suasana yang benar benar canggung, mata bengap karna menangis, muka merah bekas menangis semalaman, suasana ditongkrongan saat itu benar benar sepi, bahkan jeri tak bisa menahan tangisnya, kakakku yang tidak tau apa apa bingung dan berusaha bertanya apa yang terjadi.

jeripun dibawa kuki untuk menanagkan diri, lalu satu persatu dari mereka meninggalkan kami berdua, aku dan kakakku hanya kami yang tersisa, dan aku berusaha meyakinkan kakakku tentang semua ini aku berbohong sedemikian rupa. Beberapa hari mereka menghilang dan tidak ada kabarnya, jeri tetap tidak terima dan mengamuk dirumahnya kuki berusaha menenagkannya namun mereka malah terlibat perkelahian.

Tuhan bisa kah kau kembali ke waktu itu lagi, aku hanya befikir seperti itu aku benar benar ingin kembali kewaktu itu, waktu dimana semua ini bermulai. Aku tak mau ada akhir seperti ini, namun siapa yang bisa menolak takdir. Aku hanya tinggal berdua dengan kakak, namun sekarang aku tidak punya siapa siapa lagi. Apa yang harus aku lakukan, aku hanya punya waktu yang singkat dengan kakak, sekarang hubungan kami menjadi canggung, itu karna aku takut saat aku berbicara dengannya saat aku memeluknya dia akan menghilang.

Tiba tiba jeri datang membawa mobil dan mengajak kami berdua pergi, ternyata teman teman yang lain sedang berkumpul  dan sedang menunggu kami. Ternyata hari itu terwujud dimana hari kami akan jalan jalan bersama, kami akhirnyapun berangkat dengan hati terpaksa dan senang.

Entah siapa yang mengidekan ini tapi ini adalah keniingan kakak, mungkin ini akan membuatnya menghilang, namun kami bisa berbuat apa, kami hanya ingin ia bahagia. Perjalana yang sangat menyenangkan kami melupakan semuanya, kami bermain kepantai melihat sunset bersama, dan dimalam harinya kami bakar bakar. Benar benar suasana yang menyenangkan, lalu kami lanjut jalan jalan sampai pagi terlihat, kami pergi ke suatu tempat entah itu dimana, sangat sejuk, damai, dan tenang, lapangan hijau yang luas, kami berlari larian, tertawa layaknya bayi, kami berenang disebuah danau, lalu menghangat kan diri diperapian yang kita buat.

Saat malam tiba kami membuat lingkaran dan bercerita tentang kejadian kejadian yang bahagia, tentang kenangan yang indah, tentang tangis dan tawa, tentang keluarga, bahkan tentang cinta. Saat suasana sepi kakakku menghela napas dan tertawa kencang.

“ahahahah … ini benar benar menyenangkan, aku menyukainya, aku menyayangi kalian, aku harap waktu berhenti disini” sambil tertawa dan berteriak .
kami yang mendengarya pun langsung menangis dengan keras.

“bisa kah waktu berhenti” heno berteriak menangis.

“aku mohon tetap seperti ini” tangis jeri

“aku ingin begini selamanya” tangis kuki sampai tersenda senda

“kita akan selalu bersama, yak an?” ujar tio dengan tangisan yang tak kalah kencangnya.

“kumohon jangan menghilang” ceplos reza sangkin tidak bisa menahan tangisnya. kami semua langsung terdiam dan melihat kearah kakakku.

Kakakku hanya tertawa dan bilang “ini semua seperti mimpikan” lalu tiduran dan melihat bintang. Kami satu persatu mendekati kakakku sambil tiduran disebelahnya. Aku benar benar ada disebelahnya langsung memeluknya. “ini benar benar seperti mimpi, mimpi yang kita inginkan” ujar jeri .
“INI MEMANG MIMPI NAMUN BUKAN MIMPIKU, INI ADALAH MIMPI KALIAN JADI BANGUNLAH” bisik kakak .

kami pun yang mendengarnya pura pura tertidur dan menangis dalam hati, tangisan ku tak terbendung, lalu kakak mengusap kepalaku dan menyanyikan lagu kesukaan ku, kami pun benar benar menangis sampai tertidur. Namun aku tidak bisa tidur  karna aku takut saat aku bangun nanti kakak sudah tidak ada.

Pagi tiba, ternyata aku ketiduran. Saat bangun pagi yang terpikirkan oleh ku adalah siapa yang disampingku, saat ku lihat. Ini benar benar terjadi kakak tidak ada, kakak menghilang, aku menagis kejer sampai membuat mereka terbangun, saat mereka terbangun mereka pun menyadari bahwa kakak menghilang. Lalu reza berteriak “lihat siapa itu” sambil menunjuk kearah matahari yang hampir terbit . hanya terlihat siluet, apakah itu siluet kakakku? Aku langsung berlari dan memeluknya, merekan pun mengikuti dan langsung memeluknya juga.

“jangan pergi” teriak ku didekapannya.

“jangan berfikir apapun, jangan mengeluarkan sepatah kata pun, bisakah kakak tetap tinggal disini, bisakah kakak tetap disampingku, jangan pergi, jangan menghilang, tetap lah disini.. aku mohon” tangis ku berteriak kearahnya sambil memukul-mukul dadanya.

“aku tidak punya siapapun, hanya kakak .. kumohon bisa kah kau hentikan waktu ini, kumohon aku hanya punya dirimu, bisakah kau tetap disampingku .. aku hanya mempunyai waktu yang singkat dengan mu, bagaimana ini bisa seperti mimpi” teriak ku lagi.

“ku mohon jangan pergi”.“jangan menghilang”.”tetap bersama kami”.”kita akan tetap bersama sama bukan?”.”kita akan bahagia bukan?”. Timpal sahabat-sahabatnya yang tak terbendung tangisannya.

“terimakasih dan maaf teman temanku jeri,reza,heno,tio,kuki dan adikku hani. Terimakasih telah ada untuk ku, terimakasih telah menemani hari hari ku, terimakasih telah membuat ku tertawa, terimakasih untuk senyuman, canda, dan tawa kalian, terimakasih untuk kasih sayang yang selama ini tidak pernah kudapatkan dari keluargaku, terimakasih telah mencegah ku untuk menghilang, terimakasih untuk waktu yang kalian berikan, tapi maaf  aku tidak bisa menemani hari hari kalian lagi, maaf aku tidak bisa membuat kalian tertawa, maaf aku tidak bisah mencegah kehilangan ku, maaf aku tidak bisa bersama kalian, maaf aku harus pergi, maaf aku tidak bisa menghentikan waktu ini … KITA AKAN BAHAGIA BUKAN? LALU MENGAPA SEKARANG KALIAN MENANGIS? AKU TIDAK AKAN PERGI, AKU TIDAK AKAN MENGHILANG, AKU SELALU ADA UNTUK KALIAN SAAT KALIAN BERTANYA PADA HATI KALIAN, AKU AKAN MENDENGARNYA KARNA AKU ADA DISITU, DIHATI KALIAN. JADI BANGUNLAH, BAHAGIALAH DEMI DIRIKU” teriaknya jelasnya sambil menangis.

Perlahan lahan tubuhnyapun mulai memudar, semakin memudar .

“aku menyayangimu adikku, adik yang selama ini aku ingin kan, adik yang selama ini aku tunggu, aku sangat menyangimu” timpalnya lagi .
kami tidak bisa menjawabnya karna kami menangis terlalu keras.

“aku juga menyayangimu,  kamu begitu indah sehingga aku takut untuk kehilanganmu, ini tidak nyata bukan?” jawab ku.

“ini semua begitu indah, pejamkan matamu, anggap saja ini semua mimpi” timpal kakakku sambil memelukku.
Lalu sahabat-sahabatnyapun memeluknya juga, kami berpelukan dan mengulangi kata kata “aku menyayangimu, berbahagialah, jangan pergi” hanya kata kata itu yang kami ulang.

“bangunlah, ini hanya mimpi” ujarnya. kami melepaskan pelukan dan melihat senyuman terkahirnya.

“bodoh bagaimana mimpi bisa sesakit ini” ujar jeri sambil mengusap air matanya dan tersenyum.
Lalu kami melambaikan tangan kearah matahari yang sudah terbit itu.
Kamipun pulang, waktu pun berlalu setelah pemakaman. Mereka tak terlihat lagi, meraka benar benar tak ada kabarnya. lalu satu persatu dari kami mulai berkumpul,  kami mulai melupakan semuanya, kufikir mereka mulai melupakan semuanya dan menjalani hidup yang baru, namun ..

“tioooo… apa yang kau lakukan turun” teriak reza dari bawah tebing.

“tiooooo turun” teriak kami semua membujuknya untuk turun. Namun tio hanya tersenyum kearah kami dan terjun kebawah laut.

Entah dimana tio berada mayatnya tidak dtitemukan. Lalu satu persatu dari kami despresi karna kehilangan orang yang benar benar berarti.

Heno mengalami despresi  berat sehingga harus meninum obat anti despresi, aku tidak bisa menghentikannya untuk meminum obat tersebut, dia terus meminumnya dengan jumlah banyak dan tanpa batas. lalu kami menerima kabar duka bahwa heno meninggalkan kami semua.

Jeri yang sudah berjanji untuk tetap bersama ku, tetap saja tidak bisa menahan amarahnya kehilangan sahabat sahabatnya, keluarganya, dia tidak bisa menahannya dan meminum obat obatan yang akhirnya membuat dirinya overdosis, jeri pun menyusul teman temannya.

Kuki kini selalu membuat onar, aku yang selalu membawanya saat dia mabuk, membawanya keluar dari kantor polisi, dia benar benar menjadi berandalan, membuat keributan dan berkelahi. Saat itu kami sedang bertengkar kuki lari dan aku mengejarnya aku tak mau kehilangannya, namun takdir berkata lain kuki meninggal karna mengalami serangan jantung mendadak saat berlari. Aku hanya bisa berteriak dipinggri jalan menangis sekuat mungkin, aku berharap bisa menyelamatkannya.

Lalu hanya tinggal reza, tak pernah terdengar kabarnya. tiba tiba dapat kabar berduka bahwa rumah yang ditempati reza hangus terbakar, rezapun dinyatakan sudah tiada.

Tidak ada siapa siapa lagi yang kupunya, mereka memilih menyerah dan meninggalkan ku, mereka benar benar pecundang, mereka benar benar sahabat meyebalkan, bahkan mereka tak pernah bisa melupakan sahabatnya, padahal mereka berjanji untuk bahagia, tapi  ini pilihan mereka semoga mereka bahagia.

Aku menyayangi kalian .

Dijalan yang sepi seperti ini biasanya ada kalian yang menghiburku, aku benar benar tidak punya teman. Hanya tio yang tersisa, walau mayatnya belum ditemukan aku harap dia masih hidup.

“tioooo” teriak ku sontak setalah melihat tio yang berjalan melewatiku . jalannya begitu cepat aku terus mengikutinya, jalanan ini tak asing bagiku, aku pernah melewatinya. “tiiiooooo” aku terus berteriak sambil terheran apakah aku salah orang. Lalu orang yang mirip tio itupun berhenti disuatu tempat yang tak asing bagiku, Dengan sigap aku menyapa .

“permisi”

“ya, siapa?”

seperti melintasi waktu, aku kembali ketempat ini. Rasanya seperti mengenal mereka, ya memang aku mengenal mereka.

“hey masuk lah, teman teman perkenalkan ini adik ku” memegang tanganku.

THE END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RINDU - by auliars

dairy 1